Minggu, 23 Maret 2014

Penne Ziti Rigate with Bolognese Sauce (Yummyyyy!)




Tarrrraaaaaa!

Ini dia hasil buatan tangan saya sendiri ha-ha-ha! (tapi gambarnya saya ambil dari google karena saya tidak punya kamera untuk memfoto sendiri hasil masakan buatan saya -_-)

So, wanna try to make this kind of pasta? Or, just buy on me with cost Rp 7.500,00 until Rp 10.000,00? Ha-ha-ha! It's up to you, guys. I just wanna share the recipe to make this pasta :D

Mari kita memasak!


Bahan-bahan:

250gram Pasta jenis Penne Ziti Rigate (di supermarket banyak banget dengan berbagai merek dan harga bervariasi, atau kalau gak nemu bisa pake pasta jenis apa saja yaaa)
100gram daging sapi giling
1/2 buah bawang bombay ukuran sedang
1 bks bolognese sauce 300gram (saya pake La Fonte :D)
1 sdm margarin
garam, gula, merica secukupnya untuk penyedap


Cara membuat:

1. Panaskan setengah panci kecil air, tunggu sampai mendidih, lalu masukkan pastanya dan masak sampai lunak (jangan terlalu lunak) sekitar 10-15 menit atau sesuai selera. Setelah matang, tiriskan.
2. Panaskan 1 sdm margarin di teflon, kemudian masukkan bawang bombay cincang sampai layu dan harum
3. Masukkan daging sapi giling, masak sampai warnanya berubah kecoklatan
4. Kemudian masukkan 1 bungkus bolognese sauce, garam, gula, dan merica, masak sampai meletup-letup. Tambahkan sedikit air apabila terlalu kental.
5. Tata pasta di piring, kemudian tuang saus di atasnya. Bisa tambahkan keju parut jika ada dan jika mau. Penne Ziti Rigate with Bolognese Sauce siap untuk dinikmati!



Nah, mudah bukan untuk membuatnya :D
So, silahkan coba di rumah. Saya sudah mencoba dan rasanya...... uenak tenan pemirsa tak jamin wes :D

Oleh-Oleh Pelatihan Kewirausahaan: Pastaaa!



Selamat malam, teman-teman :D
Malam ini cukup dingin, bukan? Semoga posting saya kali ini bisa membantu menghangatkan Anda sekaligus memberikan pencerahan dan inspirasi, siapa tahu kalian juga mau memulai kegiatan ini seperti saya.

Berbagi cerita saja. Tepatnya pada hari Kamis, 20 Maret 2014 yang lalu, saya dan beberapa teman mengikuti "Pelatihan Kewirausahaan" yang diadakan di Fakultas Psikologi, ruang 2A-1 dengan narasumber Kak Tika (pemilik perusahaan cokelat "Reachoc") dan Kak Riri (Budidaya Jamur Tiram yang berawal dari kegiatan PKM) serta pembawa acara Mbak Rahma Fauzia dan tentunya PD III Fakultas Psikologi tercinta yaitu Ibu Filia Dina Anggaraeni. Acara tersebut sangat menarik dan berhasil membuka pikiran saya untuk memulai kegiatan berwirausaha.

Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin memulai kembali kegiatan berwirausaha saya. Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SMP dan SMA (saat saya masih di Jember, kota kelahiran saya, dan baru pindah ke Medan ketika duduk di bangku kuliah), saya sudah mulai berwirausaha dengan menjual jajanan kecil di sekolah, untuk teman-teman sekelas. Saya juga sempat menjual praline (cokelat yang dicetak-cetak dan diberi filling atau cokelat yang dicetak dengan bentuk unik) saat duduk di bangku SMP. Ketika bulan puasa datang, saya tidak mau kalah dengan mama saya (mama yang mengajari saya memasak dan membuat kue, mama saya tercinta yang sampai sekarang kalau SMS atau telfon saya dan bilang kangen banget sama saya, saya tetap masih suka netes). Pada saat itu, saya juga menjual berbagai macam kue kering, praline, dan snack ringan sebagai kudapan saat lebaran. Yah, kebanyakan yang pesan sih teman-teman saya, tapi karena ini orderan kue kering mama saya justru lebih kecil daripada saya, karena semua teman mama pesan kuenya ke saya, ha-ha-ha :D

Jadi sebenernya di dalam diri saya ini sudah ada darah wirausaha. Tinggal mengasahnya lebih jauh lagi dan terus mencoba. Pengalaman adalah guru yang terbaik (pepatah, sih). Dari pengalaman, kita belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Kadang suka sedih, sih, kalau jualan gak laku. Atau bahkan pernah sampai rugi (gak banyak kok, cuma seratus ribu *loh*). Tetapi, itulah dunia bisnis. Kadangkala kita berada di atas, kadang berada di bawah sekali, kadang juga di tengah-tengah (ngambang). Sebagai pebisnis, segala resiko harus berani ditangggung. Pebisnis harus memiliki mental baja, kuat dalam segala kondisi. Karena bisnis itu dapetnya gak mesti. Tetapi, kalau dia sudah berada di dalam kondisi stabil, suatu bisnis itu tinggal berjalan saja, seperti air mengalir.

So, apa oleh-oleh saya saat pelatihan kewirausahaan kemarin? Tiba-tiba datang inspirasi ke kepala saya. Kenapa tidak saya coba saja menjual makanan di kampus? Usaha makanan menurut saya adalah usaha yang cukup membuahkan hasil, kerena setiap orang pasti butuh makan. Meskipun bukan makanan berat, cemilan pun jadi. Tetapi, saya ingin menjual makanan dimana dia bisa dijadikan sebagai makanan berat, tapi bisa juga dijadikan cemilan. Dan.... Taraaaaa! Pasta menjadi makanan yang tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya.

Pasta yang rasanya yaaa begitu-begitu aja (semacam spaghetti, fettucini, macaroni, penne ziti, dll) apabila dipadukan dengan saus yang tepat maka akan menjadi kudapan yang istimewa. Ide ini muncul dalam pikiran saya mengingat teman-teman cukup malas untuk membeli jajan di luar, dan harganya pun cukup merogoh kantong. Jadi, saya mencoba membuat inovasi dimana saya bisa menjual makanan yang mengenyangkan, dengan bahan yang tidak rumit, cara membuat yang simpel, harga terjangkau dan rasa terjamin.

Penyajian semenarik mungkin, pengemasan barang dengan menggunakan mangkuk sterofoam, tersedia juga sendoknya, dan di-packaging dengan higienis adalah beberapa hal yang dapat meningkatkan minat konsumen untuk membeli. Tidak hanya tentang penampilan, manajemen keuangan menjadi hal yang penting juga, seperti perhitungan modal dan laba. Buatlah perencanaan serinci mungkin. Tulis dalam buku khusus berapa modal yang dikeluarkan dan berapa hasil yang didapat. Dengan seperti ini, kita akan tahu kemana saja uang kita mengalir. Karena, kan, kita jualan untuk mendapatkan untung, benar?

Soooo, sudah siap untuk mencoba penganan buatan saya? Nantikan hari Senin :D
Atau mungkin sudah siap untuk memulai wirausaha setelah membaca posting saya yang tidak terlalu penting ini? Saya tunggu cerita kalian, yaaa :D
Selamat Malam, semua! Selamat tidur untuk memulai aktivitas kita pada esok hari.

Teori Belajar Vygotsky: Apa sih Scaffolding itu?



Halo! Selamat siang semuanya, selamat menikmati Minggu yang menyenangkan dimana kita sebagai pelajar untuk sementara waktu terbebas dari tumpukan tugas yang menjerit minta dikerjakan :D
Pada siang kali ini, saya akan memposting tentang pengalaman yang pernah saya alami dikaitkan dengan salah satu teori belajar dalam psikologi, yaitu perspekif Sosiokultural oleh Vygotsky :)

Jujur saja, apabila saya disuruh mempelajari sendiri suatu materi tertentu dengan adanya sarana-sarana seperti buku bacaan dan internet, saya yakin mampu melakukannya dan meskipun tidak banyak, pastinya ada bagian-bagian di materi tersebut yang mampu saya ingat dengan baik. Setiap anak memiliki cara belajarnya masing-masing. Ada yang belajar sendiri di tempat yang tenang tanpa gangguan apapun, ada yang belajar dengan mendengarkan seseorang bercerita tentang materi tersebut, ada yang setelah membaca lalu mencatatnya dan kemudian membaca catatannya dengan seksama. Saya termasuk salah satu orang dengan gaya belajar yang terakhir, yaitu membaca lalu mencatat dengan gaya bahasa sendiri dan kemudian membaca catatan saya kembali. Menurut saya cara belajar seperti itu cukup efektif untuk dilakukan dan saya masih melakukannya sampai sekarang.

Tetapi, saya masih merasa kurang jika hanya belajar dengan cara seperti itu. Masih ada materi-materi yang mungkin belum saya pahami atau tidak dapat saya ingat dengan baik. Untuk itu, saya membutuhkan bantuan orang lain yang lebih kompeten dan ahli di bidangnya untuk membantu saya memahami materi tersebut. Di sinilah fungsi dosen dan guru sebagai pembimbing kita dalam belajar, yang nantinya akan membantu kita membentuk pola pikir yang lebih cermat, cerdas, dan kritis.

Sejak saya duduk di bangku SD sampai di Universitas, saya selalu aktif dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Saya akan bertanya kepada guru dan dosen apabila saya mengalami kesulitan dalam hal penangkapan materi yang sedang dipelajari saat itu. Saya akan bertanya sampai saya benar-benar paham. "Kenapa bisa seperti itu? Dari mana asalnya? Kalau seperti ini nanti bagaimana? Apa contohnya?" Berbagai macam pertanyaan itu mungkin akan saya ajukan apabila sedang berada dalam proses diskusi. Tak jarang juga saya mengalami kebingungan saat itu. Dosen atau guru akan membantu memecahkan kebingungan yang saya alami.

Berdasarkan pengalaman yang sudah sering saya alami tersebut (bahkan sampai saat ini masih terus saya alami), apabila dikaitkan dengan Perspektif Sosiokultural oleh Vygotsky, merupakan sesuatu hal yang wajar dalam pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi individu dengan lingkungan adalah faktor utama yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang.

Salah satu lingkungan yang baik, efektif dan efisien yang dapat melatih perkembangan kognitif siswa seperti yang dikemukakan Vygotsky adalah belajar model kooperatif (cooperative learning) dalam bimbingan seorang guru. Menurut Vygotsky setiap anak mempunyai zona perkembangan proksimal (Zone of proximal development / ZPD) sendiri-sendiri. ZPD merupakan selisih antara apa yang dapat dilakukan setiap siswa secara independepen dan apa yang dapat dilakukan siswa dalam bimbingan seseorang pembimbing/guru. Bantuan yang diberikan agar siswa mampu mengerjakan tugas yang lebih tinggi dan rumit jika dibandingkan kemampuan sendiri. Bantuan ini disebut dengan scaffolding, yaitu memberikan memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan secara bertahap dan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya. Scaffolding dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, penguraian langkah-langkah pemecahan, pemberian contoh atau segala sesuatu yang bisa membuat siswa mandiri.

Dari penjelasan di atas tentunya kita sudah tahu apa yang menjadi fokus dalam teori belajar Vygotsky, bahwa pembentukan oleh lingkungan mendorong perkembangan kognitif seseorang.


Kelompok 12
Ketua: Alifia Ridha Pratiwi (131301063)

Anggota:
Andry Sony S.
Awiddah Khairiami
Nanda Safrida P.
Jerni Hati

Rabu, 12 Maret 2014

Psikologi Pendidikan dan Teknologi: Media Pembelajaran Siswa Berbasis Internet (E-Learning)


Ketika berbicara tentang "Teknologi", otak saya langsung tertuju pada sesuatu yang cepat, praktis, canggih, dan modern. Begitulah teknologi. Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material, dan proses yang menolong manusia untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya (wikipedia). Teknologi telah menjamur di berbagai kalangan, tak kenal waktu dan tak kenal tempat. Berbagai aspek dalam kehidupan manusia telah berkembang dengan teknologi, mulai dari informasi, komunikasi, dan transportasi. Semua menjadi semakin mudah dan cepat dengan adanya teknologi. Termasuk ilmu pengetahuan yang menjadi maju karena teknologi, salah satunya dalam Psikologi Pendidikan.

Kali ini saya akan membahas sedikit tentang "Psikologi Pendidikan dan Teknologi". Apa sih kaitan antara Psikologi Pendidikan dengan Teknologi? Apakah teknologi membantu terlaksananya program-program yang menjadi fokus dalam psikologi pendidikan?

Pada posting sebelumnya, telah dijelaskan bahwa salah satu fokus dalam Psikologi Pendidikan adalah memilih strategi dan metode pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pada murid-murid agar tercapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam hal strategi dan metode ini, teknologi mungkin menjadi salah satu yang berperan besar dalam pembelajaran siswa di masa sekarang. Dengan teknologi, pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan tentunya menarik. Yang menarik perhatian saya terkait dengan metode pembelajaran dengan teknologi ini adalah berkembangnya media pembelajaran siswa berbasis internet (E-Learning).

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran yang saat ini sedang berkembang dan terus mengalami peningkatan adalah internet. Internet memiliki potensi besar sebagai media pembelajaran mengingat kelebihannya yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Sumber informasi dapat diakses kapan saja dan dari mana saja. Media pembelajaran siswa berbasis internet berkembang dengan nama e-learning.


E-Learning merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, tentunya dengan tersedianya jaringan internet. E-Learning juga membutuhkan sarana dan fasilitas tidak seperti ketika kita belajar seperti biasa. Paling tidak yang harus tersedia apabila hendak melaksanakan E-Learning adalah komputer dan jaringan internet yang terpercaya. Kegiatan pembelajaran interaktif dengan e-learning dapat meningkatkan kemampuan intelektual siswa, seperti sekolah menulis online.

E-learning memiliki kelebihan/keunggulan, yaitu: fleksibel, siswa dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet, standarisasi yaitu dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar kualitas yang lebih konsisten, efektit, efisien (lebih hemat karena tidak membutuhkan materi pembelajaran dalam bentuk print-out yang cenderung lebih banyak mengeluarkan uang), dan cepat.

Di samping kelebihan, tentunya ada kelemahan dari E-learning. Kelemahan itu antara lain:  memerlukan investasi yang besar pada awalnya karena harus tersedia minimal komputer, jaringan internet yang handal dan teknologi yang tepat, pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer, bagi orang yang gagap teknologi, sistem ini akan dianggap cukup sulit, dan lain sebagainya.

E-learning tentunya akan menghadirkan suasana belajar yang menarik. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, sampai saat ini e-learning masih terus berkembang di sekolah-sekolah di Indonesia, utamanya untuk sekolah yang telah mendapatkan peringkat tinggi dan berlabel "Internasional".



Apakah kalian pernah merasakan belajar dengan media e-learning?? Saya sudah pernah :D ketika masih di bangku SMA, beberapa pelajaran di sekolah saya sudah ada yang melakukan ujian secara online dengan lms (metode e-learning) terutama untuk pelajaran TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi). Di pelajaran TIK di SMA saya, selalu menggunakan e-learning :D