Rabu, 18 Juni 2014

[Late Post] Tugas Psikologi Pendidikan: “Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”

Tugas Psikologi Pendidikan
“Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus”


Kelompok 12
Anggota: Andry Sony S (09-079)
              Awiddah Khairiami P (13-051)
              Nanda Safrida P (13-055)
              Alifia Ridha P (13-063)
              Jerni Hati S (13-067)
 Atika Zahra (13-131)


Sekolah atau Lembaga Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus


Menurut Mangunsong, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mem-butuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusia-annya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak. Pendidikan khusus atau luar biasa adalah instruksi yang didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari siswa berkebutuhan khusus. Tujuan utama dari pendidikan khusus adalah menemukan dan menitikberatkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.

1.     SLB A
SLB A merupakan Sekolah Luar Biasa yang dikhususkan pada anak-anak yang mengalami ketidakmampuan untuk melihat dengan jelas (tunanetra).
Beberapa murid mungkin mengalami problem penglihatan (visual) yang masih belum diperbaiki. Tetapi ada segelintir murid menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak penglihatannya (low vision) atau bahkan buta. Anak-anak low vision memiliki jarak pandang antara 20/70 dan 20/200.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita gangguan atau kerusakan penglihatan adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran). Anak-anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas.
SLB A memiliki metode pengajaran sebagai berikut:
a.    Metode Ceramah
b.   Metode Tanya Jawab
c.    Metode Diskusi
d.   Metode Sorogan
e.    Metode Bandongan
f.     Metode Drill
Untuk fasilitas, SLB A tentunya berbeda dengan sekolah reguler. Fasilitas yang biasa dipakai adalah alat bantu menulis huruf Braille, alat bantu membaca huruf Braille, alat bantu berhitung, serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape-recorder. Guru yang mengajar di sekolah tersebut juga merupakan guru yang telah diberikan pelatihan khusus untuk menangani anak tunanetra.

2.     SLB B
SLB B merupakan Sekolah Luar Biasa yang dikhususkan pada anak-anak yang mengalami ketidakmampuan untuk mendengar dengan baik (tunarungu). Persyarat-annya adalah keterangan dari dokter THT, umur sebaiknya 5-11 tahun. Contoh gangguan pada anak-anak yang dimasukkan ke SLB B yaitu: tuli, baik yang sudah pada saat lahir maupun ketika sudah tumbuh dan berkembang.
Pendekatan yang dilakukan pada anak yang memiliki gangguan pendengaran:
a.    Pendekatan manual
Bahasa isyarat, yaitu sistem gerakan tangan yang melambangkan kata-kata yang ingin diucapkan.
Pengejaan jari (finger spelling), yaitu mengeja setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata.
b.   Pendekatan oral
Membaca gerak bibir (speech reading)
Beberapa kemajuan medis dan teknologi, seperti yang disebutkan disini, juga telah meningkatkan kemampuan belajar anak yang menderita masalah pen-dengaran.
a.    Pemasangan cochlear
b.   Menempatkan semacam alat di telinga untuk membantu anak supaya dapat mendengar
c.    Sistem hearing aids dan amplifikasi
d.   Perangkat telekomunikasi
Metode pengajaran yang paling tepat untuk digunakan di sekolah SLB B adalah TCL (teacher centered learning), karena murid membutuhkan bimbingan dari guru, bisa dengan pendekatan oral maupun manual. Guru yang mengajar di sekolah tersebut juga merupakan guru yang telah diberikan pelatihan khusus untuk menangani anak tunarungu. SLB biasanya menggunakan sistem segregasi, yaitu sistem pembelajaran yang terpisah dari penyelenggaraan pendidikan anak mendengar normal. Hal ini supaya mereka lebih fokus dalam penanganannya.

3.     SLB C
SLB C merupakan Sekolah Luar Biasa yang dikhususkan pada anak-anak yang mengalami keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation) atau biasa disebut tunagrahita. Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang. Retardasi mental dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe:
1.   Retardasi mental ringan ( IQ 55-70)
2.   Retardasi mental moderat ( IQ 40-54 )
3.   Retardasi mental berat ( IQ 25-39 )
4.   Retardasi mental parah ( IQ < 25 )
Dalam Sekolah Luar Biasa khusunnya SLB-C untuk tunagrahita anak-anak dengan retardasi mental dapat digolongkan  menjadi dua tipe:
1.   Educable
pada kategori ini anak-anak yang bersekolah adalah yang mampu didik atau yang disebut dengan anak-anak dengan retardasi mental ringan. Mereka dapat dididik sampai dengan kelas 5 atau 6 sekolah dasar dan dapat dimasukkan pada sekolah SLB-C.
2.   Trainable
Kategori Trainable atau mampu latih dapat diberikan pada anak-anak dengan retardasi mental moderat, yang bisa dilatih merawat dirinya sendiri, pertahanan diri, cara makan, minum, dan mandi, dan dapat juga dilatih untuk berkerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Sekolah Luar biasa untuk kategori ini adalah SLB-C1.
Siswa yang ada di SLB C merupakan siswa-siswi yang tercakup dalam aspek ataupun golongan dari anak-anak yang beretardasi mental rendah, moderat, berat, hingga parah. Guru yang ada di SLB C merupakan guru yang telah mendapatkan pelatihan dimana mereka akan diberi informasi mengenai murid-murid SLB C yang mereka ajari serta telah mendapatkan penjabaran tentang metode-metode pengajaran dan bahan ajaran yang tepat dan sesuai. Di samping itu diperlukan juga psikolog sebagai pengarah para guru dan konsultan di SLB C.
Fasilitas dan infrastruktur
·         Desain kelas
Gaya penataan yang akan digunakan adalah gaya off-set, murid per kelas tidak lebih dari 12 orang. Selain itu gaya duduk off-set membuat murid leluasa di ruang gerak mereka dan tidak terkesan monoton.
·         Pembagian kelas
Kelas dibagi atas beberapa kelas agar guru lebih mudah dalam membimbing dan mengontrol.

4.     SLB D
SLB D merupakan Sekolah Luar Biasa yang dikhususkan pada anak-anak yang mengalami cacat tubuh (tunadaksa).
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang bersifat bawaan, sakit, atau akibat kecelakaan termasuk cerebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah yang memiliki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrok gerakan fisiknya.
Karakterisitik anak tunadaksa adalah: anggota gerak tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal, kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktiļ¬tas kehidupan sehari hari.
Metode pengajaran yang bisa dilakukan untuk SLB D adalah ceramah, diskusi, dan praktek dalam kehidupan sehari-hari. Membuat pembelajaran semenarik mungkin dapat menghilangkan kejenuhan anak-anak pada saat di dalam kelas. Pengajar/Pembina, Psikolog dan Dokter khusus bisa disediakan untuk menjamin perkembangan anak.
Metode pendidikan:
1.   Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah regular. Mereka masih bisa tinggal bersama teman-temannya namun mendapatkan penanganan yang lebih khusus
2.   Kelas khusus apabila anak tunalaras perlu belajar terpisah karena merasa ada gangguan jika harus disamakan dengan anak-anak reguler

5.     SLB E
SLB  E merupakan Sekolah Luar Biasa yang dikhususkan pada anak-anak yang mengalami tunalaras. Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. Individu biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitar-nya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar.
Tujuan pendidikan anak tunadaksa bersifat ganda; berkaitan dengan aspek rehabilitas yang sasarannya adalah pemulihan fisik dan berhubungan dengan tujuan pendidikan.
Cannon (1975) mengemukakan sekurang-kurangnya ada 7 aspek yang perlu dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui pendidikan, yaitu:
1.   Pengembangan intelektual dan akademik
2.   Membantu perkembangan fisik
3.   Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri
4.   Mematangkan aspek sosial
5.   Mematangkan moral dan spiritual
6.   Meningkatkan ekspresi diri
7.   Mempersiapkan masa depan anak
Metode Pengajaran menggunakan Teacher Centered Learning (TCL) dikarenakan butuh control dari pengajar agar tidak terjadi kecelakaan akibat keterbatasan atau kekurangan pengendalian emosi.
Fasilitas:
1.   Pengawas pembelajaran dimana di setiap proses belajar mengajar ada pengawas yang menjadi kontrol kelas
2.   Penjauhan dari fasilitas benda-benda yang dapat melukai. Missal: benda tajam, benda-benda keras
3.   Psikolog yang mumpuni sebagai monitoring emosi dan terapi

Mengapa Kita Perlu Belajar?

Pernahkah kalian berpikir mengapa kita sebagai manusia perlu belajar? Pernahkah kalian berpikir bahwa setiap detik, setiap waktu yang kita lalui, setiap masa yang kita jalani, selalu mengandung pembelajaran?

Pertanyaan ini mungkin sering diabaikan beberapa orang. Mereka mungkin menganggap pertanyaan ini tidak terlalu penting dibandingkan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti "Seberapa besar kenaikan APBN Indonesia di tahun 2014?" atau "Bagaimana memberantas kemiskinan di Indonesia?". Tetapi, coba renungkan sejenak. Pertanyaan ini mungkin bisa menjadi motivasi hidup Anda untuk terus berusaha menjadi insan yang lebih baik dan bijaksana.



Mengapa kita perlu belajar?

Dalam benak kita, mungkin yang disebut belajar itu ya selama kita ada di bangku sekolah dan kuliah, mendapatkan nilai yang bagus, masuk jejeran rangking 10 besar, dipuji guru-guru, dan lulus dengan nilai yang baik. Tapi, tahu nggak sih kalau belajar itu bukan hanya di sekolah saja melainkan di segala tempat dan setiap waktu?

Belajar bukan hanya tentang mendapatkan materi baru yang belum kita ketahui atau mengulang kembali materi yang sudah kita dapat supaya terus melekat di dalam memori. Belajar lebih kepada bagaimana kita memahami dunia yang penuh pengetahuan. Belajar adalah bagaimana kita tidak mengulang kesalahan yang lalu-lalu dan mengubah kelakuan kita. Belajar adalah bagaimana kita mengubah suatu masalah menjadi motivasi. Dan yang terpenting, belajar adalah jalan kita menjadi manusia yang lebih baik, karena tanpa belajar kita tidak akan tahu mana yang benar dan mana yang salah.

Pernahkah Anda berpikir bahwa jika Anda terus melakukan hal yang sama dalam kehidupan, Anda akan terus mendapatkan hasil yang sama? Untuk itulah kita perlu belajar, agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama di lain waktu. Ketika kita tidak mau berubah, maka keadaan tidak akan berubah. Jika Anda ingin keadaan Anda berubah, maka Anda harus merubah kelakuan Anda; belajar.

Suatu hari, seorang perempuan yang telah beranjak dewasa bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa kita selalu mendapatkan masalah? Mengapa setiap aspek kehidupan selalu menimbulkan masalah?"
"Apakah kamu menyesal mendapatkan masalah?" Sang Ibu balik bertanya. "Ketahuilah, Nak, dari masalah yang timbul itulah kita belajar."
Percayakah Anda bahwa kita baru akan bertindak sampai suatu masalah datang kepada kita? Masalah yang timbul menjadi pelajaran bagi kita. Masalah tidak buruk. Masalah adalah motivasi untuk mengubah perilaku kita. Kita belajar lebih banyak dari masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan kita. Masalah-masalah itu membuat kita berpikir apakah harus diatasi atau diabaikan. Diatasi, maka kita belajar. Diabaikan, maka kita pecundang.

Belajar adalah jalan untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Tanpa belajar, sesuatu tidak akan dibenarkan atau disalahkan secara sah. Dengan belajar, kita berpikir. Dengan belajar kita tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus atau tidak perlu dilakukan.


diadaptasi dari: Menjadi Remaja Bahagia, Andrew Matthews

Minggu, 15 Juni 2014

Cuap-Cuap: Bagaimana Cara Menghadapi Antis?

Annyeonghaseyo, yeorobeun
Malam ini saya akan membahas tentang antis. Kalian yang k-popers atau j-popers pasti udah tau deh antis itu apa. Jadi bahasan kita malam ini adalah “Bagaimana Cara Menghadapi Antis” yang suka bikin kita jengkel, kesal, dan geram. Yuk simak!


Antis, yang merupakan kepanjangan dari anti fans, adalah orang-orang yang nggak suka atau mungkin benci sama idola yang kita sukai. Antis juga biasa disebut haters. Biasanya nih antis atau haters suka mengeluarkan kata-kata bahkan kalimat-kalimat yang kasarnya “menjelekkan” idola kita. Dia ngomong ini-itu, mengeluarkan hinaan-hinaan, kata-kata kasar yang mencerminkan dia itu nggak suka banget sama idola kita, seakan-akan idola kita itu sebenarnya nggak pantes buat dicintai. Kadang sih omongan dia itu nggak sesuai sama kenyataan.

Oke, tenang-tenang. Itu hak mereka sih mau nggak suka sama idola kita atau gimana. Tapi, merasa geram dan kesel nggak sih kalo denger mereka “menjelekkan” idola kita? Telinga yang denger ini jadi ngasap juga, kan?

Nah, karena saking geramnya kita sama dia, akhirnya kita jadi ikut-ikutan membalas kata-katanya yang kasar itu dengan kalimat yang kasar juga atau istilahnya nyolot gitu, karena kan kita udah kebawa emosi duluan. Siapa yang suka denger orang lain menjelekkan idola kita sementara kita sayang banget sama idola kita itu, ya kan?

Menghadapi para antis yang suka nyolot-nyolot nggak karuan, ada beberapa tips nih yang bisa kita lakukan untuk mengatasi “bibir” mereka yang tajam itu lho, yang kalau dijelaskan dalam teori Freud dinamakan “Defense Mechanism”. Ini dia…
1.   Kalau kalian ketemu sama antis, atau tiba-tiba aja temen kalian ada yang jadi antis dan ngomong macem-macem tentang idola kalian, coba deh kasih pengertian dulu dengan perspektifmu. Katakan padanya kalau idola kalian itu nggak seperti yang dia katakan.
2.   Biasanya sih cara pertama nggak bakal berhasil. Antis bakalan tetep keukeh dengan pandangannya. Jadi yang perlu kamu lakukan adalah diam saja, jangan diladenin. Kenapa? Karena kalau diladenin, cuma bikin kamu sakit hati aja dan biasanya omongan dia itu malah semakin menjadi-jadi. Kalau keadaannya seperti ini, diam itu lebih baik.
3.   Kalau kamu udah nggak tahan banget sama dia, block aja akunnya, berhenti pertemanan, atau unfollow. Ini cara yang kekanak-kanakan sih, tapi nggak masalah untuk dilakuin kalau toh dia cuma bikin kamu kesel, hilang konsentrasi, tidak mood untuk melakukan aktivitas. Boleh lah sekali-sekali…
4.   Cara keempat adalah cara yang paling bijaksana. Antis atau haters juga manusia. Setiap orang memiliki cara pandangnya masing-masing. Ada yang suka, benci, ngeselin, cinta mati, dan macam-macam. Kita sebagai makhluk sosial harus mampu memahami cara pandang masing-masing orang. Kita hanya bisa mengingatkan orang lain, dan selebihnya biarlah Yang Di Atas yang mengatur. Yang penting kita tidak seperti itu. Ya, kan?
5.   Yang kelima, keep calm dan stay strong aja. Kita mencintai idola kita, mereka jadi penyemangat kita, mereka jadi motivasi kita. Kalau orang lain nggak suka, Who care???

Jadi, masih suka kesel dan geram sama Antis? Wajar lah ya kalau kaya gitu, namanya juga manusia. Yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapinya dengan kepala dingin, bukan dengan emosi. Karena sesungguhnya semua yang dimulai dengan emosi itu tidak akan pernah berjalan dengan baik J

Annyeongghi jumuseyo, yeorobeun. Jaljayo…

Tugas dan Peran Psikolog Sekolah di Setiap Tingkat atau Jenjang Pendidikan

TK (Taman Kanak-Kanak)

Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsang-an pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Umur rata-rata minimal anak-anak dapat belajar di taman kanak-kanak berkisar umur 4-5 tahun.
Di TK, anak-anak mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengenal ling-kungan. Siswa mendapatkan pengajaran berupa: agama, budi bahasa, berhitung, bernyanyi, bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan teman-teman sepermainannya, dan berbagai macam keterampilan lain. Tujuan TK adalah meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam hidupnya. Kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil bermain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak)
Tetapi kenyataannya, taman kanak-kanak yang sekarang sudah berbeda dengan taman kanak-kanak terdahulu. Model belajar sambil bermain yang diterapkan pada taman kanak-kanak sudah tidak sesuai lagi. Tujuan Taman Kanak-Kanak yang sebenarnya telah melenceng. Beberapa TK sekarang sudah mengajarkan anak-anak untuk dapat membaca dan berhitung sebagai kesiapan untuk memasuki Sekolah Dasar, karena beberapa Sekolah Dasar sudah ada yang menuntut bahwa anak-anak yang akan masuk sudah harus dapat membaca dan cara berhitung yang rumit. Padahal tidak semestinya mereka anak-anak yang masih berumur 4-7 tahunan dituntut untuk dapat membaca dan berhitung.
Menurut teori perkembangan Piaget, anak-anak yang berumur 2-7 tahun masuk ke dalam kategori tahap perkembangan praoperasional. Maka anak-anak TK juga termasuk dalam tahap perkembangan ini. Anak-anak umur 4-7 tahun yang mana mereka telah memasuki taman kanak-kanak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Disebut tahap pemikiran intuitif karena mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Anak-anak tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Proses operasi mereka juga masih sederhana. Mereka mungkin tahu bahwa 4 + 2 = 6, tetapi tidak tahu jika 6 – 4 = 2 (ini biasanya sudah mulai diajarkan pada anak-anak TK kelas O besar).

Jadi, sebagai psikolog sekolah di Taman Kanak-Kanak, sebaiknya mereka memahami bagaimana anak-anak umur 4-7 tahun itu harus diperlakukan. Kewajiban mereka adalah bermain sambil belajar, bukan belajar sambil bermain. Psikolog harus mengetahui bagaimana karakteristik setiap anak-anak itu. Bagaimana mereka bisa bermain sambil belajar dan menghasilkan pembelajaran yang efektif. Biasanya pem-belajaran anak-anak TK berfokus seputar kehidupan sehari-hari (mematuhi norma yang berlaku, memiliki budi pekerti yang baik, penerapan disiplin sederhana, menghormati orang yang lebih tua, dsb).

SD (Sekolah Dasar)

Sekolah Dasar atau disingkat SD adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umum-nya berusia 7-12 tahun.
Menurut Piaget, pada masa ini anak-anak telah memasuki tahap perkembangan operasional konkret. Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret. Namun semakin bertambah umur mereka, maka cara berpikir mereka pun semakin meningkat, dan pemikiran mereka tentang objek-objek yang bersifat konkret akan tergantikan dengan sesuatu yang bersifat semakin abstrak. Tahap ini anak mengembang-kan kemampuan untuk konservasi. Proses-proses penting yang berlangsung selama tahapan ini antara lain:
      Pengurutan. Apabila disediakan benda dengan ukuran yang berbeda-beda, anak ini sudah bisa mengurutkannya baik dari kecil ke besar atau sebaliknya.
      Klasifikasi. Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut
      Operasi Penghitungan yang lebih kompleks. Di sini anak-anak sudah mulai memahami bahwa 4+4 sama dengan 8, sementara 8-4 akan sama dengan 4
Tidak banyak penyimpangan yang terjadi semasa ini. namun rata-rata penyim-pangan terjadi pada masa-masa awal memasuki Sekolah Dasar. Kebanyakan anak-anak kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar sudah dituntut untuk dapat membaca sebuah cerita, menulis dengan rapi, berhitung yang rumit, dsb. Padahal seharusnya tidak seperti itu.
Peran psikolog sekolah di sini adalah bagaimana membuat pembelajaran mereka lurus kembali seperti yang seharusnya. Kelas satu merupakan masa peralihan dimana mereka yang awalnya berada di Taman Kanak-Kanak sudah harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan Sekolah Dasar. Biasanya pembelajaran anak-anak kelas satu diselingi dengan bernyanyi atau mengadakan games kecil-kecilan supaya minat belajar mereka di dalam kelas menjadi meningkat.


SMP (Sekolah Menengah Pertama)

Sekolah menengah pertama adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat) yang ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Menurut Piaget SMP berada pada tahap Operasional konkrit.  bahwa anak usia SMP ke atas sudah berada pada tingkat perkembangan operasi formal dalam berfikir. Dengan demikian, apabila batas usia itu adalah sesuatu yang dapat dijadikan dasar maka siswa SMP siswa sudah dapat diajak berfikir abstrak keilmuan. Pada usia ini mereka sudah dapat bekerja dengan lambang, konsep dan prosedur keilmuan. Daya nalar mereka sudah bekerja lebih baik meskipun penalaran sederhana.
Anak-anak SMP biasanya lebih pada mencari bagaimana jati diri mereka. Pada masa ini, mereka lebih banyak mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan bakat (seperti ekstrakurikuler) sesuai minat dan bakat mereka. Mereka masih suka bermain, tetapi bermain yang bermanfaat. Anak-anak yang gemar bermain musik, biasanya mengikuti kegiatan band di sekolahnya. Mereka juga suka mencari banyak teman dan pilih-pilih. Biasanya mereka akan berteman akrab pada anak-anak yang setidaknya memiliki satu karakteristik yang sama. Contohnya anak yang gemar bermain basket biasanya akan berteman dekat sesame pemain basket. Pada tahap inilah anak-anak mudah terpengaruh hal-hal yang negatif.
Jadi disinalah peran psikolog sekolah:
·         membimbing dan mengarahkan anak agar bisa memilih mana kegiatan yang memberikan hal-hal positif kepad anak tersebut.
·         Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku 
·         Meningkatkan prestasi dengan menilai hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran
·         Mempromosikan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, self-regulasi, penentuan nasib sendiri, dan optimisme
·         Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang

SMA (Sekolah Menengah Atas)

Tidak berbeda jauh dengan SMP, SMA juga merupakan masa pencarian jati diri yang bersifat lebih kompleks untuk mengarahkan mereka pada tahap yang lebih tinggi lagi untuk penentuan karis. Penjurusan merupakan salah satu hal yang membuat “galau”. Penjurusan dilakukan sesuai minat dan bakat mereka yang saling berjalan sejajar.
Di sinilah peran psikolog sekolah di SMA. Terkadang ada anak yang ingin masuk jurusan IPA tetapi kemampuannya tidak sampai di sana. misalnya mereka lemah dalam matematika-logika. Ada juga anak yang kemampuannya masuk di IPA, tetapi mengi-nginkan masuk IPS karena lebih santai. Ada banyak karakteristik. Peran psikolog adalah mengarahkan mereka pada minat dan bakat yang sesuai agar mereka tidak salah pilih dan menyesal. Memberikan masukan-masukan berupa motivasi-motivasi yang dapat menguatkan mereka.