TK (Taman Kanak-Kanak)
Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini dalam bentuk pendidikan formal.
Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsang-an pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Umur rata-rata minimal anak-anak dapat
belajar di taman kanak-kanak berkisar umur 4-5 tahun.
Di TK, anak-anak
mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengenal ling-kungan. Siswa mendapatkan pengajaran
berupa: agama, budi bahasa, berhitung, bernyanyi, bersosialisasi dalam
lingkungan keluarga dan teman-teman sepermainannya, dan berbagai macam
keterampilan lain. Tujuan TK adalah meningkatkan daya cipta anak-anak dan
memacunya untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu
pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial,
emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua
dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam
hidupnya. Kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil bermain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak)
Tetapi kenyataannya,
taman kanak-kanak yang sekarang sudah berbeda dengan taman kanak-kanak
terdahulu. Model belajar sambil bermain yang diterapkan pada taman kanak-kanak
sudah tidak sesuai lagi. Tujuan Taman Kanak-Kanak yang sebenarnya telah
melenceng. Beberapa TK sekarang sudah mengajarkan anak-anak untuk dapat membaca
dan berhitung sebagai kesiapan untuk memasuki Sekolah Dasar, karena beberapa
Sekolah Dasar sudah ada yang menuntut bahwa anak-anak yang akan masuk sudah harus
dapat membaca dan cara berhitung yang rumit. Padahal tidak semestinya mereka
anak-anak yang masih berumur 4-7 tahunan dituntut untuk dapat membaca dan
berhitung.
Menurut teori
perkembangan Piaget, anak-anak yang berumur 2-7 tahun masuk ke dalam kategori tahap
perkembangan praoperasional. Maka anak-anak TK juga termasuk dalam tahap
perkembangan ini. Anak-anak umur 4-7 tahun yang mana mereka
telah memasuki taman kanak-kanak mengembangkan keterampilan berbahasanya.
Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Disebut
tahap pemikiran intuitif karena mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu
tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Anak-anak
tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum
begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Proses operasi
mereka juga masih sederhana. Mereka mungkin tahu bahwa 4 + 2 = 6, tetapi tidak
tahu jika 6 – 4 = 2 (ini biasanya sudah mulai diajarkan pada anak-anak TK kelas
O besar).
Jadi, sebagai
psikolog sekolah di Taman Kanak-Kanak, sebaiknya mereka memahami bagaimana
anak-anak umur 4-7 tahun itu harus diperlakukan. Kewajiban mereka adalah
bermain sambil belajar, bukan belajar sambil bermain. Psikolog harus mengetahui
bagaimana karakteristik setiap anak-anak itu. Bagaimana mereka bisa bermain
sambil belajar dan menghasilkan pembelajaran yang efektif. Biasanya
pem-belajaran anak-anak TK berfokus seputar kehidupan sehari-hari (mematuhi
norma yang berlaku, memiliki budi pekerti yang baik, penerapan disiplin
sederhana, menghormati orang yang lebih tua, dsb).
SD
(Sekolah Dasar)
Sekolah Dasar atau
disingkat SD adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah
dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini
murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar
dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
pertama (atau sederajat).
Pelajar sekolah dasar umum-nya berusia 7-12 tahun.
Menurut Piaget,
pada masa ini anak-anak telah memasuki tahap perkembangan operasional konkret. Anak-anak
mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat
mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret. Namun semakin bertambah umur
mereka, maka cara berpikir mereka pun semakin meningkat, dan pemikiran mereka
tentang objek-objek yang bersifat konkret akan tergantikan dengan sesuatu yang
bersifat semakin abstrak. Tahap ini anak mengembang-kan kemampuan
untuk konservasi. Proses-proses penting yang berlangsung selama tahapan
ini antara lain:
•
Pengurutan. Apabila disediakan benda dengan ukuran yang berbeda-beda, anak ini sudah
bisa mengurutkannya baik dari kecil ke besar atau sebaliknya.
•
Klasifikasi. Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut
tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut
•
Operasi Penghitungan yang lebih kompleks. Di sini anak-anak sudah mulai memahami bahwa 4+4 sama dengan 8,
sementara 8-4 akan sama dengan 4
Tidak banyak
penyimpangan yang terjadi semasa ini. namun rata-rata penyim-pangan terjadi
pada masa-masa awal memasuki Sekolah Dasar. Kebanyakan anak-anak kelas 1 dan 2
Sekolah Dasar sudah dituntut untuk dapat membaca sebuah cerita, menulis dengan
rapi, berhitung yang rumit, dsb. Padahal seharusnya tidak seperti itu.
Peran psikolog
sekolah di sini adalah bagaimana membuat pembelajaran mereka
lurus kembali seperti yang seharusnya. Kelas satu merupakan masa peralihan
dimana mereka yang awalnya berada di Taman Kanak-Kanak sudah harus dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan Sekolah Dasar. Biasanya pembelajaran
anak-anak kelas satu diselingi dengan bernyanyi atau mengadakan games
kecil-kecilan supaya minat belajar mereka di dalam kelas menjadi meningkat.
SMP
(Sekolah Menengah Pertama)
Sekolah menengah pertama adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia
setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat) yang ditempuh dalam waktu 3 tahun,
mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pelajar sekolah menengah pertama umumnya
berusia 13-15 tahun. Menurut Piaget SMP berada pada tahap Operasional konkrit.
bahwa anak usia SMP ke atas sudah berada pada tingkat perkembangan
operasi formal dalam berfikir. Dengan demikian, apabila batas usia itu adalah
sesuatu yang dapat dijadikan dasar maka siswa SMP siswa sudah dapat diajak
berfikir abstrak keilmuan. Pada usia ini mereka sudah dapat bekerja dengan
lambang, konsep dan prosedur keilmuan. Daya nalar mereka sudah bekerja lebih
baik meskipun penalaran sederhana.
Anak-anak SMP biasanya
lebih pada mencari bagaimana jati diri mereka. Pada masa ini, mereka lebih
banyak mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan bakat (seperti ekstrakurikuler)
sesuai minat dan bakat mereka. Mereka masih suka bermain, tetapi bermain yang
bermanfaat. Anak-anak yang gemar bermain musik, biasanya mengikuti kegiatan
band di sekolahnya. Mereka juga suka mencari banyak teman dan pilih-pilih.
Biasanya mereka akan berteman akrab pada anak-anak yang setidaknya memiliki
satu karakteristik yang sama. Contohnya anak yang gemar bermain basket biasanya
akan berteman dekat sesame pemain basket. Pada tahap inilah anak-anak mudah
terpengaruh hal-hal yang negatif.
Jadi disinalah peran
psikolog sekolah:
·
membimbing
dan mengarahkan anak agar bisa memilih mana kegiatan yang memberikan hal-hal
positif kepad anak tersebut.
·
Memberikan
konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah
sosial, emosi, dan perilaku
·
Meningkatkan
prestasi dengan menilai hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik
untuk meningkatkan pembelajaran
·
Mempromosikan
kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial,
pemecahan masalah, manajemen kemarahan, self-regulasi, penentuan nasib sendiri,
dan optimisme
·
Meningkatkan
pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang
SMA
(Sekolah Menengah Atas)
Tidak berbeda jauh dengan SMP, SMA juga
merupakan masa pencarian jati diri yang bersifat lebih kompleks untuk
mengarahkan mereka pada tahap yang lebih tinggi
lagi untuk penentuan karis. Penjurusan merupakan salah satu hal yang
membuat “galau”. Penjurusan dilakukan sesuai minat dan
bakat mereka yang saling berjalan sejajar.
Di sinilah peran psikolog sekolah di SMA. Terkadang
ada anak yang ingin masuk jurusan IPA tetapi
kemampuannya tidak sampai di sana. misalnya mereka lemah dalam matematika-logika.
Ada juga anak yang kemampuannya masuk di IPA,
tetapi mengi-nginkan masuk IPS karena lebih
santai. Ada banyak karakteristik. Peran psikolog adalah mengarahkan
mereka pada minat dan bakat yang sesuai agar mereka tidak salah pilih
dan menyesal. Memberikan masukan-masukan berupa motivasi-motivasi yang
dapat menguatkan mereka.
0 komentar:
Posting Komentar