Minggu, 15 Juni 2014

Tugas dan Peran Psikolog Sekolah di Setiap Tingkat atau Jenjang Pendidikan

TK (Taman Kanak-Kanak)

Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsang-an pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Umur rata-rata minimal anak-anak dapat belajar di taman kanak-kanak berkisar umur 4-5 tahun.
Di TK, anak-anak mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengenal ling-kungan. Siswa mendapatkan pengajaran berupa: agama, budi bahasa, berhitung, bernyanyi, bersosialisasi dalam lingkungan keluarga dan teman-teman sepermainannya, dan berbagai macam keterampilan lain. Tujuan TK adalah meningkatkan daya cipta anak-anak dan memacunya untuk belajar mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pendekatan nilai budi bahasa, agama, sosial, emosional, fisik, motorik, kognitif, bahasa, seni, dan kemandirian. Semua dirancang sebagai upaya mengembangkan daya pikir dan peranan anak dalam hidupnya. Kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil bermain. (http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak)
Tetapi kenyataannya, taman kanak-kanak yang sekarang sudah berbeda dengan taman kanak-kanak terdahulu. Model belajar sambil bermain yang diterapkan pada taman kanak-kanak sudah tidak sesuai lagi. Tujuan Taman Kanak-Kanak yang sebenarnya telah melenceng. Beberapa TK sekarang sudah mengajarkan anak-anak untuk dapat membaca dan berhitung sebagai kesiapan untuk memasuki Sekolah Dasar, karena beberapa Sekolah Dasar sudah ada yang menuntut bahwa anak-anak yang akan masuk sudah harus dapat membaca dan cara berhitung yang rumit. Padahal tidak semestinya mereka anak-anak yang masih berumur 4-7 tahunan dituntut untuk dapat membaca dan berhitung.
Menurut teori perkembangan Piaget, anak-anak yang berumur 2-7 tahun masuk ke dalam kategori tahap perkembangan praoperasional. Maka anak-anak TK juga termasuk dalam tahap perkembangan ini. Anak-anak umur 4-7 tahun yang mana mereka telah memasuki taman kanak-kanak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Disebut tahap pemikiran intuitif karena mereka mengatakan bahwa mereka tahu sesuatu tetapi mereka mengetahuinya tanpa menggunakan pemikiran rasional. Anak-anak tampaknya begitu yakin tentang pengetahuan dan pemahaman mereka, tetapi belum begitu sadar bagaimana mereka tahu apa yang mereka ketahui itu. Proses operasi mereka juga masih sederhana. Mereka mungkin tahu bahwa 4 + 2 = 6, tetapi tidak tahu jika 6 – 4 = 2 (ini biasanya sudah mulai diajarkan pada anak-anak TK kelas O besar).

Jadi, sebagai psikolog sekolah di Taman Kanak-Kanak, sebaiknya mereka memahami bagaimana anak-anak umur 4-7 tahun itu harus diperlakukan. Kewajiban mereka adalah bermain sambil belajar, bukan belajar sambil bermain. Psikolog harus mengetahui bagaimana karakteristik setiap anak-anak itu. Bagaimana mereka bisa bermain sambil belajar dan menghasilkan pembelajaran yang efektif. Biasanya pem-belajaran anak-anak TK berfokus seputar kehidupan sehari-hari (mematuhi norma yang berlaku, memiliki budi pekerti yang baik, penerapan disiplin sederhana, menghormati orang yang lebih tua, dsb).

SD (Sekolah Dasar)

Sekolah Dasar atau disingkat SD adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah pertama (atau sederajat). Pelajar sekolah dasar umum-nya berusia 7-12 tahun.
Menurut Piaget, pada masa ini anak-anak telah memasuki tahap perkembangan operasional konkret. Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret. Namun semakin bertambah umur mereka, maka cara berpikir mereka pun semakin meningkat, dan pemikiran mereka tentang objek-objek yang bersifat konkret akan tergantikan dengan sesuatu yang bersifat semakin abstrak. Tahap ini anak mengembang-kan kemampuan untuk konservasi. Proses-proses penting yang berlangsung selama tahapan ini antara lain:
      Pengurutan. Apabila disediakan benda dengan ukuran yang berbeda-beda, anak ini sudah bisa mengurutkannya baik dari kecil ke besar atau sebaliknya.
      Klasifikasi. Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut
      Operasi Penghitungan yang lebih kompleks. Di sini anak-anak sudah mulai memahami bahwa 4+4 sama dengan 8, sementara 8-4 akan sama dengan 4
Tidak banyak penyimpangan yang terjadi semasa ini. namun rata-rata penyim-pangan terjadi pada masa-masa awal memasuki Sekolah Dasar. Kebanyakan anak-anak kelas 1 dan 2 Sekolah Dasar sudah dituntut untuk dapat membaca sebuah cerita, menulis dengan rapi, berhitung yang rumit, dsb. Padahal seharusnya tidak seperti itu.
Peran psikolog sekolah di sini adalah bagaimana membuat pembelajaran mereka lurus kembali seperti yang seharusnya. Kelas satu merupakan masa peralihan dimana mereka yang awalnya berada di Taman Kanak-Kanak sudah harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan Sekolah Dasar. Biasanya pembelajaran anak-anak kelas satu diselingi dengan bernyanyi atau mengadakan games kecil-kecilan supaya minat belajar mereka di dalam kelas menjadi meningkat.


SMP (Sekolah Menengah Pertama)

Sekolah menengah pertama adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat) yang ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Menurut Piaget SMP berada pada tahap Operasional konkrit.  bahwa anak usia SMP ke atas sudah berada pada tingkat perkembangan operasi formal dalam berfikir. Dengan demikian, apabila batas usia itu adalah sesuatu yang dapat dijadikan dasar maka siswa SMP siswa sudah dapat diajak berfikir abstrak keilmuan. Pada usia ini mereka sudah dapat bekerja dengan lambang, konsep dan prosedur keilmuan. Daya nalar mereka sudah bekerja lebih baik meskipun penalaran sederhana.
Anak-anak SMP biasanya lebih pada mencari bagaimana jati diri mereka. Pada masa ini, mereka lebih banyak mengikuti kegiatan-kegiatan pengembangan bakat (seperti ekstrakurikuler) sesuai minat dan bakat mereka. Mereka masih suka bermain, tetapi bermain yang bermanfaat. Anak-anak yang gemar bermain musik, biasanya mengikuti kegiatan band di sekolahnya. Mereka juga suka mencari banyak teman dan pilih-pilih. Biasanya mereka akan berteman akrab pada anak-anak yang setidaknya memiliki satu karakteristik yang sama. Contohnya anak yang gemar bermain basket biasanya akan berteman dekat sesame pemain basket. Pada tahap inilah anak-anak mudah terpengaruh hal-hal yang negatif.
Jadi disinalah peran psikolog sekolah:
·         membimbing dan mengarahkan anak agar bisa memilih mana kegiatan yang memberikan hal-hal positif kepad anak tersebut.
·         Memberikan konseling, pengajaran, dan pendampingan bagi mereka berjuang dengan masalah sosial, emosi, dan perilaku 
·         Meningkatkan prestasi dengan menilai hambatan belajar dan menentukan strategi instruksional terbaik untuk meningkatkan pembelajaran
·         Mempromosikan kesehatan dan ketahanan dengan memperkuat komunikasi dan keterampilan sosial, pemecahan masalah, manajemen kemarahan, self-regulasi, penentuan nasib sendiri, dan optimisme
·         Meningkatkan pemahaman dan penerimaan beragam budaya dan latar belakang

SMA (Sekolah Menengah Atas)

Tidak berbeda jauh dengan SMP, SMA juga merupakan masa pencarian jati diri yang bersifat lebih kompleks untuk mengarahkan mereka pada tahap yang lebih tinggi lagi untuk penentuan karis. Penjurusan merupakan salah satu hal yang membuat “galau”. Penjurusan dilakukan sesuai minat dan bakat mereka yang saling berjalan sejajar.
Di sinilah peran psikolog sekolah di SMA. Terkadang ada anak yang ingin masuk jurusan IPA tetapi kemampuannya tidak sampai di sana. misalnya mereka lemah dalam matematika-logika. Ada juga anak yang kemampuannya masuk di IPA, tetapi mengi-nginkan masuk IPS karena lebih santai. Ada banyak karakteristik. Peran psikolog adalah mengarahkan mereka pada minat dan bakat yang sesuai agar mereka tidak salah pilih dan menyesal. Memberikan masukan-masukan berupa motivasi-motivasi yang dapat menguatkan mereka.

0 komentar:

Posting Komentar