Minggu, 23 Maret 2014

Teori Belajar Vygotsky: Apa sih Scaffolding itu?



Halo! Selamat siang semuanya, selamat menikmati Minggu yang menyenangkan dimana kita sebagai pelajar untuk sementara waktu terbebas dari tumpukan tugas yang menjerit minta dikerjakan :D
Pada siang kali ini, saya akan memposting tentang pengalaman yang pernah saya alami dikaitkan dengan salah satu teori belajar dalam psikologi, yaitu perspekif Sosiokultural oleh Vygotsky :)

Jujur saja, apabila saya disuruh mempelajari sendiri suatu materi tertentu dengan adanya sarana-sarana seperti buku bacaan dan internet, saya yakin mampu melakukannya dan meskipun tidak banyak, pastinya ada bagian-bagian di materi tersebut yang mampu saya ingat dengan baik. Setiap anak memiliki cara belajarnya masing-masing. Ada yang belajar sendiri di tempat yang tenang tanpa gangguan apapun, ada yang belajar dengan mendengarkan seseorang bercerita tentang materi tersebut, ada yang setelah membaca lalu mencatatnya dan kemudian membaca catatannya dengan seksama. Saya termasuk salah satu orang dengan gaya belajar yang terakhir, yaitu membaca lalu mencatat dengan gaya bahasa sendiri dan kemudian membaca catatan saya kembali. Menurut saya cara belajar seperti itu cukup efektif untuk dilakukan dan saya masih melakukannya sampai sekarang.

Tetapi, saya masih merasa kurang jika hanya belajar dengan cara seperti itu. Masih ada materi-materi yang mungkin belum saya pahami atau tidak dapat saya ingat dengan baik. Untuk itu, saya membutuhkan bantuan orang lain yang lebih kompeten dan ahli di bidangnya untuk membantu saya memahami materi tersebut. Di sinilah fungsi dosen dan guru sebagai pembimbing kita dalam belajar, yang nantinya akan membantu kita membentuk pola pikir yang lebih cermat, cerdas, dan kritis.

Sejak saya duduk di bangku SD sampai di Universitas, saya selalu aktif dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Saya akan bertanya kepada guru dan dosen apabila saya mengalami kesulitan dalam hal penangkapan materi yang sedang dipelajari saat itu. Saya akan bertanya sampai saya benar-benar paham. "Kenapa bisa seperti itu? Dari mana asalnya? Kalau seperti ini nanti bagaimana? Apa contohnya?" Berbagai macam pertanyaan itu mungkin akan saya ajukan apabila sedang berada dalam proses diskusi. Tak jarang juga saya mengalami kebingungan saat itu. Dosen atau guru akan membantu memecahkan kebingungan yang saya alami.

Berdasarkan pengalaman yang sudah sering saya alami tersebut (bahkan sampai saat ini masih terus saya alami), apabila dikaitkan dengan Perspektif Sosiokultural oleh Vygotsky, merupakan sesuatu hal yang wajar dalam pembelajaran. Vygotsky berpendapat bahwa interaksi individu dengan lingkungan adalah faktor utama yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif seseorang.

Salah satu lingkungan yang baik, efektif dan efisien yang dapat melatih perkembangan kognitif siswa seperti yang dikemukakan Vygotsky adalah belajar model kooperatif (cooperative learning) dalam bimbingan seorang guru. Menurut Vygotsky setiap anak mempunyai zona perkembangan proksimal (Zone of proximal development / ZPD) sendiri-sendiri. ZPD merupakan selisih antara apa yang dapat dilakukan setiap siswa secara independepen dan apa yang dapat dilakukan siswa dalam bimbingan seseorang pembimbing/guru. Bantuan yang diberikan agar siswa mampu mengerjakan tugas yang lebih tinggi dan rumit jika dibandingkan kemampuan sendiri. Bantuan ini disebut dengan scaffolding, yaitu memberikan memberikan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan secara bertahap dan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya. Scaffolding dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, penguraian langkah-langkah pemecahan, pemberian contoh atau segala sesuatu yang bisa membuat siswa mandiri.

Dari penjelasan di atas tentunya kita sudah tahu apa yang menjadi fokus dalam teori belajar Vygotsky, bahwa pembentukan oleh lingkungan mendorong perkembangan kognitif seseorang.


Kelompok 12
Ketua: Alifia Ridha Pratiwi (131301063)

Anggota:
Andry Sony S.
Awiddah Khairiami
Nanda Safrida P.
Jerni Hati

0 komentar:

Posting Komentar